LONDON – Minuman keras menjadi masalah besar di Inggris. Dua profesor kesehatan di Negeri Ratu Elizabeth memperingatkan bahwa alkohol bakal membunuh 210.000 orang di Inggris dan Wales sebelum waktunya selama 20 tahun ke depan. Satu pertiga dari kematian akibat alkohol tersebut dapat dicegah dari penyakit hati saja, kata para peneliti di London, Senin (20/02), seperti dikutip dari Reuters.
Kematian yang terkait alkohol juga terjadi lantaran kecelakaan, kekerasan, dan bunuh diri atau penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung dan kanker. Para ahli memaparkan fakta-fakta ini dalam sebuah studi yang diproyeksikan dalam jurnal medis Lancet.
Proyeksi baru ini mengalami sedikit perbaikan dari hasil prediksi tim yang sama tahun silam. Kala itu, para peneliti menyodorkan skenario terburuk hingga 250 ribu kematian yang tak terhindari terkait alkohol selama 20 tahun mendatang.
Para peneliti mengakui bahwa perbaikan apapun adalah berita baik. Namun, penulis utama--Ian Gilmore, mantan Presiden Royal College of Physicians, dan Nick Sheron dari University Hospital Southampton--berkata mereka hampir tidak punya alasan untuk merayakan perubahan kecil ini.
Sebab, menurut Gilmore hal itu “sepenuhnya dalam kekuasaan pemerintah Inggris” untuk mengambil langkah-langkah mengatasi masalah minuman di Inggris dan “mencegah skenario kematian terburuk yang dapat dihindari.”
Peringatan tersebut muncul setelah Perdana Menteri Inggris David Cameron berjanji untuk menindak minuman keras berlebihan yang dia sebut "skandal" pada pekan silam. Menurut Cameron, biaya pajak dari “skandal” tersebut didanai Sistem Kesehatan Nasional (NHS) yang diperkirakan mencapai £2,7 miliar atau US$4,3 miliar setahun.
Gilmore mempertanyakan apakah pemerintah Cameron “mampu mengikuti langkah efektif terhadap alkohol” yang akan “berdampak positif pada kejahatan dan gangguan, produktivitas kerja, dan kesehatan.”
Namun, pekan silam, Cameron mengatakan akan melihat masalah dari harga alkohol. Tetapi, sejauh ini, dia belum setuju untuk menetapkan harga minimum. Pemerintah Inggris berencana menetapkan strategi baru tentang aklohol pada akhir tahun.
"Pemerintah Inggris harus menahan lobi kuat dari industri minuman, tetapi menjadi hadiah potensial yang membalikkan jalan pintas tragis kematian terkait alkohol," tulis kedua dokter.
Penyalahgunaan alkohol dan efek kesehatan berbahaya dari minum berat atau pesta tidak hanya masalah Inggris, tapi menjadi persoalan yang membelit banyak negara kaya lain di seluruh dunia.
Pekan silam, sebuah studi menemukan bahwa 7,5 juta anak di Amerika Serikat--10 persen lebih dari populasi anak--hidup dengan orang tua yang alkoholik dan berada pada kenaikan risiko sejumlah masalah kesehatan mereka sendiri.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 2,5 juta orang meninggal setiap tahun akibat penggunaan alkohol berbahaya. Alkohol menyumbang sekitar 3,8 persen dari semua kematian di seluruh dunia.
WHO telah melakukan langkah-langkah untuk mengekang penggunaan alkohol yang tiga kali menjadi “pembelian terbaik” WHO. Yakni membuat kebijakan kesehatan masyarakat untuk mengurangi beban penyakit kronis yang merenggut 36 juta nyawa setiap tahun di seantero dunia.
Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini telah membatasi akses ke alkohol yang dibeli di gerai ritel, menerapkan larangan bagi iklan alkohol, dan menaikkan pajak alkohol yang memiliki dampak kesehatan yang sangat besar.